Universitas merupakan tingkatan
lembaga pendidikan yang paling tinggi dibandingkan sekolah-sekolah. Mahasiswa
sebagai agen perubahan yang tentunya pada mereka harapan akan intelektual dinobatkan,
selain harus cerdas dibidang akademik mahasiswa juga dituntut untuk memiliki
kemampuan dinon-akademik. Banyaknya perkumpulan yang sering dijumpai dalam
kampus membuat sebagian mahasiswa tidak asing lagi ketika mendengar kata organisasi,
apalagi organsiasi internal yang berada dibawah legitimasi pimpinan kampus
seperti halnya jika mengambil contoh di UIN Alauddin Makassar ada yang di
namakan Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), kemudian ada
juga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Selain itu, kampus juga menyediakan
ruang khusus untuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti Lembaga Dakwah Kampus
(LDK), Taekwondo, Balck Panter, eSA, Tapak Suci, Menwa, Palang Merah Indonesia
(PMI), dan Unit Lembaga lainnya. Ada pula organisasi yang bisa didapatkan diluar
dari jangkauan kampus, organisasi tersebut di namakan organisasi eksternal
sebab tidak ada sangkut pautnya dengan pimpinan kampus. Lantas yang jadi pertanyaan,
pentingkah seorang mahasiswa untuk terlibat berkecimpung disebuah organisasi?
Satu hal yang harus d pahami terkait pemaknaan yang paling fundamental dari
kata organisasi, organisasi adalah ruang berkumpulnya sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu.
Momen yang sangat ditunggu-tunggu
ketika masuknya mahasiswa baru (MaBa) sebab terkadang mahasiswa baru sangat
mudah didoktrin oleh bujuk rayu dan retorika senior atau biasanya di sebut
korban senior, jargon "Ayo gabung dirumah kami" turut serta menghiasi
momen-momen mahasiswa baru dengan dunia barunya. Ada juga sebagian mahasiswa
yang khawatir jika bergabung diorganisasi, pelbagai alasan turun temurun
menjadi kalimat penolakan secara halus terhadap ajakan untuk ikut beroganisasi,
beberapa alasan diantaranya karena takut
Indeks Prestasi Komulatif (IPK) turun drastis, ketakutan tidak bisa membagi
waktu dan ketakutan-ketakutan lainnya yang belum tentu sama kejadiannya dengan
apa yang mereka takutkan. Sebenarnya tidak ada salahnya jika menghabiskan
sebagian waktu untuk terlibat dalam organisasi, karena tidak bisa dipungkiri
juga bahwa dengan hadirnya organisasi menawarkan kepada peminatnya untuk
bagaimana kemudian menjadi ruang berproses. Oleh karena itu, ketika berbicara
dampak dari organisasi tentunya memiliki pengaruh yang sangat luar biasa.
Banyak pengalaman dan pelajaran
yang didapatkan selama berorganisasi tapi tidak didapatkan pada lembaga
pendidikan formal, bahkan tak sedikit mahasiswa yang ikut berorganisasi dengan
alasan ingin menambah pengalaman. Pengalaman memang bisa didapatkan dimanapun
salah satunya ikut terlibat organisasi, selain itu masih banyak lagi profit
yang bisa didapatkan ketika berkecimpung di organisasi, salah satu hal yang
tidak bisa dinafikan bahwa organisasi merupakan salah satu alternatif untuk
mencari dan menemukan relasi sebanyak mungkin. Relasi dalam dewasa ini sangat
diperlukan sebab jika seseorang mempunyai relasi atau kenalan maka komunikasi
yang terjalin akan lebih terbangun di bandingkan tidak mempunyai kenalan sama
sekali. Selain daripada itu, peningkatan softskill seperti halnya publick
speaking juga dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk berlatih jika terlibat disebuah
organisasi, hal yang demikian sulit untuk ditemukan disemua forum apalagi jika
hanya mengandalkan diskusi dalam kampus yang biasanya terbatasi oleh waktu dan
kontrak perkuliahan tertentu, artinya ada saat-saat tertentu untuk bisa
melakukan proses belajar mengajar yang bahkan belum tentu mengajarkan kepada
mahasiswanya untuk aktif dalam berdiskusi sebagai peningkatan kualitas publick
speaking.
Selain dari itu karena organisasi
bukan hanya satu orang yang berpikir dan bergerak didalamnya maka dari itu
tentu tidak terlepas dari perbedaan pendapat dan permasalahan-permasalahan
lainnya, salah satu hal yang didapatkan diorganisasi adalah kepiawaian dalam
menyelesaikan masalah atau problem solving. Organisasi juga memberikan peluang
kepada mahasiswa yang berminat atau yang ingin mengasah kemampuan menjadi
pemimpin, sebab diorganisasi ada struktural yang harus terpenuhi mulai dari
ketua hingga kerabat kerja sejajaran. Bukan hanya sekadar menjadi pemimpin di
antara yang lain tapi setiap jabatan yang di ampu akan dimintai laporan
pertanggungjawaban kinerja selama kepengurusan, dengan itu secara tidak
langsung mengajarkan orang yang terlibat dalam organisasi arti penting dari
tanggungjawab. Berbicara tentang organisasi, ada 3 kata magic (baca:
senioritas, loyalitas, dan solidaritas) yang senantiasa di gaung-gaungkan oleh
organisatoris, ke tiga kata tersebut jika di implementasikan sesuai pada
porosnya maka akan menghadirkan organisasi yang sesuai dengan tujuan dari awal
dibentuknya.
Organisasi juga menjadi ruang
pemersatu sebab jika saya, kamu dan mereka yang berbeda akan menjadi kita demi
mencapai tujuan bersama. Selain dari dampak positif terkait profit jika ikut
menjadi bagian dari sebuah organisasi tentu tidak terlepas dari dampak negatif,
hanya saja yang perlu di garis bawahi dari kata negatif tersebut yang
konotasinya berdampak buruk tentu tidak menyalahkan organisasi tapi lihatlah
siapa yang menjadi patron penggerak dari organisasi tersebut. Tak sedikit dari
kalangan organisatoris yang mempunyai Indeks Prestasi Komulatif yang rendah
atau tidak lulus tepat waktu dengan alasan sibuk berorganisasi, cukup keliru
ketika menjadikan organisasi sebagai tujuan utama dari esensi kehadiran mahasiswa
di universitas.
Namun fenomena yang seperti ini
tidak bisa juga menyalahkan secara penuh terhadap individunya sebab setiap
orang mempunya mindset atau cara pandang masing-masing sehingga apa yang dinilai
baik oleh orang lain belum tentu baik dimata setiap personal. Maka dengan itu,
ikut organisasi ataupun tidak tergantung dari interpretasi seseorang terhadap
organisasi itu sendiri. Sebab tidak menutup kemungkinan mahasiswa yang pasif
beroganisasi tapi unggul dalam akademik, mahasiswa yang aktif organisasi
memiliki Indeks Prestasi Komulatif yang rendah tapi punya kemampuan softskill
tingkat dewa, atau bahkan mahasiswa yang tidak unggul di antara keduanya baik akademik
dan softskill ternyata mempunya jam terbang yang lebih banyak. Tentunya hal
seperti ini tergantung personalnya sebab hidup adalah pilihan, setiap pilihan
terkadang mengandung kepentingan tapi jangan pernah dilupakan bahwa segala
sesuatu yang dilakukan akan dimintai
pertanggungjawaban.