Teliti Jejak Hegemoni Asing, Dosen Sejarah Peradaban Islam Lakukan Riset Lapangan di Benteng Belgica

  • 11 Mei 2025
  • 02:42 WITA
  • Administrator
  • Berita

BANDA NEIRA, MALUKU TENGAH – Dra. Rahmawati, M. A., Ph.D, dosen Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar melakukan penelitian lapangan secara mandiri di situs bersejarah Benteng Belgica, Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, pada Selasa 6 Mei 2025. Riset ini difokuskan untuk mengkaji lebih dalam aspek arsitektur dan nilai historis benteng sebagai salah satu sisa jejak hegemoni bangsa asing di Nusantara.

Benteng Belgica, yang merupakan situs pertahanan peninggalan VOC, hingga kini masih berdiri kokoh dan menjadi bukti fisik penting dari era perdagangan rempah-rempah yang penuh gejolak. Kondisi benteng yang masih terawat dengan baik menjadikannya laboratorium sejarah yang ideal untuk penelitian.

"Benteng ini adalah saksi bisu dari masa lalu. Melalui penelitian arsitekturnya, kita bisa memahami teknologi, strategi pertahanan, dan kekuatan ekonomi yang dimiliki VOC pada masanya," ujar Dra. Rahmawati.

Dari segi arsitektur, hasil pengamatan lapangan menunjukkan kekokohan luar biasa dari struktur bangunan. Benteng Belgica dibangun dengan material utama berupa balok batu yang disusun secara presisi dan sangat teratur. Sebagai perekat sekaligus pelindung, digunakan plesteran berbahan dasar kapur yang melapisi dinding batu tersebut.

Struktur benteng secara umum terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama, atau bagian luar, merupakan pelataran pertahanan yang tebal dan kokoh. Dinding luar ini memiliki panjang rata-rata 40 meter di setiap sisinya, dengan ketinggian mencapai 5,40 meter.

Pada setiap sudut dinding luar, terdapat bastion atau menara pengawas berbentuk pentagon (segi lima) yang ikonik. Bastion ini dirancang sebagai pos strategis untuk memantau pergerakan di sekitar benteng dan menempatkan artileri pertahanan.

Sementara itu, bagian kedua adalah bangunan utama benteng yang terletak di tengah-tengah, berbentuk menara pentagon yang menjulang lebih tinggi dari dinding luar. Menara ini berfungsi sebagai pusat komando, pengawasan, dan pertahanan terakhir jika dinding luar berhasil ditembus musuh. Keterkaitan antara dinding luar dan menara pusat ini menunjukkan sebuah sistem pertahanan berlapis yang sangat canggih pada zamannya.

Penelitian mandiri ini diharapkan dapat menghasilkan data yang lebih detail mengenai teknik konstruksi benteng peninggalan abad ke-17 serta mengungkap narasi sejarah yang mungkin belum banyak diketahui publik, terutama mengenai interaksi antara kekuatan kolonial dengan masyarakat Banda pada saat itu.