BANDA NEIRA, MALUKU TENGAH
– Dra. Rahmawati, M. A., Ph.D, dosen Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar melakukan
penelitian lapangan secara mandiri di situs bersejarah Benteng Belgica, Banda
Neira, Kabupaten Maluku Tengah, pada Selasa 6 Mei 2025. Riset ini difokuskan
untuk mengkaji lebih dalam aspek arsitektur dan nilai historis benteng sebagai
salah satu sisa jejak hegemoni bangsa asing di Nusantara.
Benteng Belgica, yang merupakan
situs pertahanan peninggalan VOC, hingga kini masih berdiri kokoh dan menjadi
bukti fisik penting dari era perdagangan rempah-rempah yang penuh gejolak.
Kondisi benteng yang masih terawat dengan baik menjadikannya laboratorium
sejarah yang ideal untuk penelitian.
"Benteng ini adalah saksi
bisu dari masa lalu. Melalui penelitian arsitekturnya, kita bisa memahami
teknologi, strategi pertahanan, dan kekuatan ekonomi yang dimiliki VOC pada
masanya," ujar Dra. Rahmawati.
Dari segi arsitektur, hasil
pengamatan lapangan menunjukkan kekokohan luar biasa dari struktur bangunan.
Benteng Belgica dibangun dengan material utama berupa balok batu yang disusun
secara presisi dan sangat teratur. Sebagai perekat sekaligus pelindung,
digunakan plesteran berbahan dasar kapur yang melapisi dinding batu tersebut.
Struktur benteng secara umum
terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama, atau bagian luar, merupakan
pelataran pertahanan yang tebal dan kokoh. Dinding luar ini memiliki panjang
rata-rata 40 meter di setiap sisinya, dengan ketinggian mencapai 5,40 meter.
Pada setiap sudut dinding luar,
terdapat bastion atau menara pengawas berbentuk pentagon (segi lima) yang
ikonik. Bastion ini dirancang sebagai pos strategis untuk memantau pergerakan
di sekitar benteng dan menempatkan artileri pertahanan.
Sementara itu, bagian kedua
adalah bangunan utama benteng yang terletak di tengah-tengah, berbentuk menara
pentagon yang menjulang lebih tinggi dari dinding luar. Menara ini berfungsi
sebagai pusat komando, pengawasan, dan pertahanan terakhir jika dinding luar
berhasil ditembus musuh. Keterkaitan antara dinding luar dan menara pusat ini
menunjukkan sebuah sistem pertahanan berlapis yang sangat canggih pada
zamannya.
Penelitian mandiri ini diharapkan
dapat menghasilkan data yang lebih detail mengenai teknik konstruksi benteng
peninggalan abad ke-17 serta mengungkap narasi sejarah yang mungkin belum
banyak diketahui publik, terutama mengenai interaksi antara kekuatan kolonial
dengan masyarakat Banda pada saat itu.