Gowa -
Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Alauddin Makassar menggelar pembekalan khusus bagi para mahasiswa yang akan
terjun dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) semester ini. Acara ini
bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam mengenai metode
dan praktik terbaik di lapangan, baik di lingkungan sekolah maupun instansi
pemerintah.
Program studi
menghadirkan dua narasumber kompeten dari latar belakang yang berbeda namun
saling melengkapi. Mereka adalah Bapak Ruhiyat, S.Hum., seorang Guru di SMP YP
PGRI Disamakan, dan Ibu Nurfadilah Fajri R, S.Hum., yang menjabat sebagai
Pamong Budaya di Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Sulawesi
Selatan.
Dalam sesi pertama,
Ruhiyat, S.Hum., membagikan pengalamannya selama bertahun-tahun mengajar
sejarah di tingkat sekolah menengah. Beliau menekankan bahwa mahasiswa magang
di sekolah tidak boleh hanya terpaku pada peran sebagai "guru
pengganti" yang sekadar menyampaikan materi dari buku teks. Sebaliknya,
mereka harus mampu menjadi fasilitator pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Tantangan terbesar
mengajar sejarah kepada generasi Z adalah membuat masa lalu relevan dengan
kehidupan mereka saat ini. Ia mendorong para mahasiswa untuk mengembangkan
metode pengajaran yang interaktif, seperti penggunaan media digital, storytelling
(bercerita), dan pembelajaran berbasis proyek. Jangan hanya meminta siswa
menghafal tanggal dan nama. Ajak mereka untuk menganalisis, berdebat, dan
bahkan merekonstruksi peristiwa sejarah melalui role-playing atau
pembuatan konten kreatif untuk media sosial.
Lebih lanjut, Ruhiyat
memaparkan metode praktis di lapangan. Mahasiswa diharapkan proaktif dalam
observasi kelas, belajar menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
adaptif, dan berani mencoba pendekatan baru di bawah supervisi guru pamong. Mahasiswa
yang magang di sekolah merupakan duta dari prodi Sejarah Peradaban Islam,
sehingga penting untuk menunjukkan bahwa lulusan SPI tidak hanya menguasai
materi, tetapi juga piawai dalam mentransfer pengetahuan tersebut dengan cara
yang menginspirasi. Disinggung juga pentingnya etika dan profesionalisme, mulai
dari cara berpakaian hingga membangun komunikasi yang baik dengan seluruh warga
sekolah.
Sesi kedua dilanjutkan
oleh Nurfadilah Fajri R, S.Hum., yang memberikan perspektif berbeda dari dunia
instansi pemerintah, khususnya di bidang kebudayaan. Sebagai seorang Pamong
Budaya, ia menjelaskan bahwa magang di lembaga seperti BPK menuntut mahasiswa
untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap ritme kerja birokrasi
serta ketelitian dalam pengelolaan data dan artefak budaya.
Jika di sekolah berinteraksi
dengan siswa, di instansi pemerintah akan banyak berhadapan dengan data, arsip,
regulasi, dan koordinasi antarbidang. Dipaparkan juga beberapa metode kerja
yang akan dihadapi mahasiswa, seperti proses inventarisasi cagar budaya,
penyusunan naskah akademis untuk kajian pelestarian, hingga keterlibatan dalam
penyelenggaraan acara-acara kebudayaan.
Nurfadilah menekankan pentingnya kemampuan riset dan penulisan yang kuat. Mahasiswa SPI memiliki keunggulan dalam riset historis. Manfaatkan kemampuan itu untuk membantu dalam mengkaji dan mendokumentasikan objek-objek kebudayaan yang ada di Sulawesi Selatan. Ia juga memberikan tips praktis mengenai cara kerja di lingkungan pemerintahan, termasuk pentingnya memahami hierarki, mengikuti prosedur administrasi yang berlaku, dan membangun jaringan profesional dengan para pegawai. Program MBKM ini adalah jembatan bagi mahasiswa SPI untuk melihat bagaimana ilmu sejarah dan kebudayaan yang dipelajari di bangku kuliah diterapkan secara nyata, baik untuk mencerdaskan generasi muda di sekolah maupun untuk menjaga warisan peradaban bangsa di instansi pemerintah.
Acara pembekalan ini
diakhiri dengan sesi tanya jawab yang antusias dari para mahasiswa, menunjukkan
kesiapan dan semangat mereka untuk segera mengaplikasikan ilmu dan
berkontribusi di lokasi magang masing-masing. Dengan bekal dari praktisi andal,
mahasiswa Prodi SPI UIN Alauddin Makassar diharapkan dapat menjalankan program
MBKM dengan sukses dan membawa nama baik almamater.