Pada hari Rabu, 15 Oktober 2025, berlangsung kegiatan Seminar Umum Edukasi Museum yang diselenggarakan di salah satu ruang pertemuan Museum La Galigo, kompleks Benteng Fort Rotterdam, Makassar. Acara ini mengangkat tema “Museum Menjembatani Masa Lalu dan Masa Depan”, yang sejalan dengan visi pemerintah dalam memperkuat literasi sejarah dan kebudayaan di kalangan generasi muda. Seminar ini merupakan inisiatif dari Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan, bekerja sama dengan UPT Museum dan Taman Budaya, serta dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, akademisi, hingga pegiat budaya.
Suasana kegiatan berlangsung dengan penuh antusias. Para peserta, yang sebagian besar berasal dari perguruan tinggi di Makassar, tampak memenuhi ruangan dengan semangat untuk menambah wawasan tentang pentingnya museum sebagai pusat edukasi sejarah dan kebudayaan. Kegiatan dibuka dengan sambutan dari ketua panitia UPT Museum La Galigo yang menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh peserta dan narasumber yang telah meluangkan waktu untuk hadir. Dalam sambutannya, pihak panitia menekankan bahwa kegiatan semacam ini merupakan langkah nyata dalam mengubah paradigma masyarakat terhadap museum—yang tidak lagi hanya dipandang sebagai tempat penyimpanan benda-benda kuno, tetapi juga sebagai ruang pembelajaran, inspirasi, dan inovasi.
Seminar ini turut menampilkan sambutan simbolis yang menyinggung visi dan misi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan di bawah kepemimpinan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman dan Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi. Keduanya dikenal memiliki perhatian besar terhadap pelestarian warisan budaya daerah. Dalam spanduk kegiatan, tampak potret keduanya dengan pesan yang kuat: museum tidak hanya menjaga masa lalu, tetapi juga berperan penting dalam membentuk identitas dan arah pembangunan budaya masa depan.
Materi seminar disampaikan oleh narasumber yang berpengalaman dalam bidang kebudayaan dan pengelolaan museum. Dalam paparannya, narasumber menjelaskan berbagai aspek penting tentang peran museum sebagai lembaga edukatif dan media pembelajaran publik. Ia menegaskan bahwa museum berfungsi sebagai “jembatan waktu” — menghubungkan peradaban masa lampau dengan generasi masa kini dan mendatang. Melalui koleksi benda bersejarah, pameran tematik, serta kegiatan edukatif, museum dapat menjadi ruang refleksi sekaligus sumber inspirasi bagi masyarakat, khususnya bagi generasi muda yang perlu memahami akar sejarah bangsanya.
Selain itu, pembicara juga menyoroti tantangan yang dihadapi museum di era digital. Dalam konteks modern, museum dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan selera generasi muda yang serba cepat dan visual. Oleh karena itu, penting bagi lembaga museum untuk mengembangkan metode edukasi yang lebih kreatif, seperti pameran interaktif, penggunaan teknologi digital, dan kolaborasi lintas bidang antara sejarah, seni, dan teknologi informasi.
Peserta tampak sangat aktif dalam sesi diskusi dan tanya jawab. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan seputar strategi pelestarian benda-benda bersejarah, cara meningkatkan minat masyarakat berkunjung ke museum, serta bagaimana museum bisa berperan sebagai sarana pendidikan informal yang menyenangkan. Setiap pertanyaan dijawab dengan penuh semangat oleh narasumber, disertai contoh konkret dari pengalaman pengelolaan museum di daerah lain.
Kegiatan ini ditutup dengan pesan penting bahwa museum bukanlah sekadar ruang sunyi yang menyimpan masa lalu, melainkan wadah dinamis yang terus hidup bersama masyarakat. Museum adalah tempat di mana memori kolektif bangsa disimpan, dijaga, dan diwariskan. Karena itu, penting bagi generasi muda untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian sejarah dan kebudayaan daerah, termasuk melalui kunjungan, penelitian, serta keterlibatan dalam kegiatan edukasi museum.
Dengan terlaksananya Seminar Umum Edukasi Museum ini, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya museum semakin meningkat. Museum La Galigo, sebagai salah satu museum terbesar di Sulawesi Selatan, terus membuktikan perannya sebagai lembaga yang tidak hanya melestarikan benda bersejarah, tetapi juga mengedukasi publik tentang nilai-nilai luhur warisan budaya bangsa. Seminar ini menjadi momentum penting untuk menegaskan bahwa menjaga sejarah bukan sekadar tugas lembaga, tetapi juga tanggung jawab bersama demi masa depan kebudayaan Indonesia.