Makassar, 5 Juli 2025 — Dalam rangka memperdalam pemahaman sejarah lokal dan nasional, mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban Islam Semester 2, melaksanakan kegiatan kuliah lapangan ke dua situs bersejarah yang menjadi saksi penting perjalanan sejarah Sulawesi Selatan, yakni Benteng Fort Rotterdam dan Monumen Korban 40.000 Jiwa. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 5 Juli 2025, mulai pukul 10.00 WITA hingga selesai, di bawah bimbingan Dosen Pengampu Ibu Mastanning, M.Hum.
Pada kesempatan tersebut, Muhammad Raehan Ramdhani dipercaya sebagai tour guide yang memandu langsung kegiatan di lapangan. Raehan menyampaikan penjelasan komprehensif mengenai aspek sejarah, latar belakang pembangunan, serta infrastruktur Benteng Fort Rotterdam, termasuk peran strategis benteng ini sebagai pusat pertahanan yang kemudian menjadi salah satu ikon peninggalan sejarah di Sulawesi Selatan. Ia juga menjelaskan berbagai upaya pelestarian bangunan yang saat ini difungsikan sebagai pusat kebudayaan dan museum.
Selain itu, Raehan juga membawa ke Monumen peristiwa tragedi Korban 40.000 Jiwa, melihat catatan kelam dalam sejarah perjuangan rakyat Sulawesi Selatan ketika puluhan ribu warga sipil menjadi korban agresi militer yang terjadi pada masa pendudukan kolonial. Penjelasan tersebut tidak hanya memuat data historis, tetapi juga refleksi nilai kemanusiaan dan pentingnya mengingat masa lalu untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat di masa kini.
Kegiatan kuliah lapangan ini diikuti dengan penuh antusias oleh mahasiswa. Para peserta aktif berdiskusi, mencatat, dan mendokumentasikan informasi yang disampaikan. Mereka diajak mengamati langsung detail arsitektur benteng dan monumen peringatan, serta konteks sosial-budaya yang melatarbelakangi peristiwa sejarah tersebut.
“Melalui kegiatan seperti ini, mahasiswa tidak hanya belajar dari teori di kelas, tetapi juga menyentuh langsung jejak sejarah di lapangan dan merasakan atmosfer tempat yang menjadi saksi peristiwa besar,” ujar Muhammad Raehan Ramdhani.
Kegiatan ini diharapkan mampu memperkaya wawasan mahasiswa mengenai perkembangan sejarah peradaban Islam dan dinamika masyarakat lokal, sekaligus menumbuhkan sikap kritis serta kepedulian terhadap upaya pelestarian situs-situs bersejarah.
“Ibu Mastanning, M.Hum. menyampaikan apresiasinya dan Berharap pengalaman lapangan ini dapat meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap nilai-nilai sejarah dan menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk melestarikannya,” Ujarnya
Kegiatan kuliah lapangan ini menjadi sarana penting dalam membentuk cara pandang historis mahasiswa, mempererat relasi antara ilmu sejarah dan praktik lapangan, serta mendorong terciptanya generasi muda yang lebih peka terhadap nilai-nilai warisan budaya dan perjuangan para pendahulu bangsa.