Hilangnya PBB Hari Ini

  • 03:08 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Seperti yang kita ketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations adalah sebuah organisasi internasional terbesar di dunia.  Tercatat sebanyak 193 negara masuk dalam keanggotaan organisasi ini atau hampir seluruh negara di dunia.  Sebelum PBB dibentuk, kita mengenal LBB atau Liga Bangsa-Bangsa yang bertugas menghimpun kerja sama internasional menuju keamanan dan perdamaian dunia. Namun, organisasi yang berdiri tahun 1919 atas Traktat Versailles ini tak kunjung bertahan lama alias harus menerima nasib dibubarkan karena tak mampu membendung gejolak perang di masanya. Meletusnya Perang Dunia 2 menjadi alasan kunci dari pembubaran LBB. Sabagai gantinya, setelah Perang Dunia ke-2, PBB dibentuk pada 24 Oktober 1945. Alasan adanya pengganti LBB yang sekaligus melahirkan PBB tidak lain adalah untuk mencegah konflik antarnegara, juga mencegah perang besar semacam Perang Dunia ke-2 tidak terjadi lagi.

            Gagasan yang membawa kepada terbentuknya PBB pertama kali hadir pada 1 Januari 1942 yang dibawa oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt. Gagasan itu ia sumbangkan pada Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dihadiri oleh 26 perwakilan negara di dunia. Perwakilan-perwakilan negara ini berkomitmen melakukan kerja sama dengan pemerintahnya masing-masing guna melawan Axis Power, kekuatan besar yang terdiri atas Jerman, Italia, dan Jepang. Selain Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB juga lahir akibat dari banyaknya pembicaraan yang dilakukan negara-negara di dunia saat itu. Sebut saja Konferensi Washington, Konferensi Moscow, Piagam Atlantik, dll. Akhirnya, pada 24 Oktober 1945, PBB resmi berdiri melalui Konferensi San Fransisco dengan Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, dan China sebagai negara pelopornya. Konferensi yang diadakan di Amerika Serikat itu turut dihadiri 50 negara pendukung yang kemudian dikenal sebagai negara-negara pendiri PBB.

            Perserikatan Bangsa-Bangsa atau akrab dikenal dengan sebutan PBB dibentuk atas asas perdamaian dunia dan rasa kemanusiaan yang terpatri dalam hati setiap manusia.  Terdapat tujuan dari pembentukan PBB, seperti menjaga dan memelihara keamanan dan kedamaian dunia, mengembangkan hubungan persahabatan di antara bangsa dan negara berdasarkan prinsip penghormatan dan persamaan hak serta penentuan nasib dari rakyatnya sendiri, dan mempromosikan kebebasan mendasar dan penghormatan Hak Asasi Manusia.

            Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah berdiri sejak 1945. Umurnya sama dengan negara kita, yakni 78 tahun dan masih eksis sampai hari ini. Hari ini, di bagian Timur Tengah dalam Jazirah Arab, kita sama-sama melihat pembantaian brutal yang dilakukan oleh kelompok zionis biadab. Tindakan genosida dengan dalih perlindungan diri dari negara Israel. Semuanya dibombardir, mulai dari pemukiman warga, rumah sakit, sampai tempat pengungsian sekalipun. Semuanya dimusnahkan, mulai dari anak-anak, para perempuan, dan kaum lansia. Negara itu seakan tidak ingin ada yang tersisa, seolah tidak ingin ada yang hidup di tanah yang bukan milik mereka.

            Seluruh dunia menyaksikan peristiwa pertumpahan darah itu, tidak terkecuali PBB yang hari ini menutup mata atas perang berkepanjangan di Gaza. Pernahkah kita bertanya di mana PBB hari ini? Atau sekadar merenungkan tujuan pembentukan organisasi yang katanya “mengusung perdamaian dunia” pada 78 tahun lalu? Seperti yang telah dijelaskan di atas, sebelum PBB dibentuk, telah terdapat Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dihadiri perwakilan 26 negara di dunia guna melawan Axis Power yang terdiri atas Jerman, Italia, dan Jepang. Saya memandang Israel sebagai Axis Power yang serupa dengan Jerman, Italia, atau Jepang di masa lalu. Axis Power yang tumbuh dan mekar di tengah gegap gempita kenikmatan dunia. Axis Power yang mencuat ke permukaan dan berdiri kokoh layaknya Burj Khalifa di Dubai. Berbagai tindakan Israel kepada Palestina semakin meyakinkan saya bahwa mereka sama kejamnya dan sama rendahnya dengan Jerman, Italia, dan Jepang di masa lampau. Lalu, di mana 26 negara yang berkomitmen melawan Axis Power 78 tahun yang lalu? Apakah negara itu sudah tidak ada?

            Saya jelas mempertanyakan legalitas PBB yang dibentuk dari sekian banyak pembicaraan, seperti Konferensi Washington, Konferensi Moscow, Piagam Atlantik, dll. Dari sekian banyak konferensi yang dilalui dan piagam yang tercipta, tidak ada gunanya jika PBB tidak bisa menyelesaikan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Berpuluh-puluh tahun yang lalu selepas Perang Dunia ke-2, mereka mati-matian berjuang mendirikan organisasi yang mampu memberikan rasa aman dan damai bagi seluruh negara di dunia, namun hari ini pekerjaan mereka hanyalah mengadakan rapat berjam-jam dan melakukan voting negara mana mendukung negara mana. Miris.

            Saya mengutuk keras Amerika Serikat sebagai salah satu pendiri dan pelopor terbentuknya PBB. Seharusnya, Amerika Serikat dengan rekam jejaknya sebagai salah satu negara yang memperjuangkan keamanan dan kedamaian di dunia, ikut berkontribusi dalam menyelesaikan masalah Palestina-Israel, dalam hal ini menghentikan genosida yang sedang berlangsung dan upaya pembebasan Palestina. Tapi apa yang terjadi dan kita saksikan justru sebaliknya. Di saat negara-negara Arab menyuarakan lantang genjatan senjata, Amerika Serikat tidak mau kalah dengan suara adidayanya menolak gencatan senjata. Amerika Serikat adalah salah satu aktor pendukung di belakang Israel. Hal itu dibuktikan dengan paket bantuan Militer senilai Rp. 225 Triliun untuk Israel yang telah disetujui DPR Amerika Serikat baru-baru ini.

            LBB dibubarkan karena tidak mampu menahan pecahnya Perang Dunia ke-2. Selepas Perang Dunia ke-2, PBB dibentuk sebagai ganti daripada LBB. Tujuannya jelas mencegah konflik antarnegara, juga mencegah perang kembali terjadi. Namun, melihat situasi yang ada sekarang, PBB tidak mampu menghentikan konflik antara Palestina dan Israel, PBB tidak mampu mencegah perang yang merenggut ribuan nyawa dan melanggar Hak Asasi Manusia, PBB tidak mampu menghentikan genosida yang masih berlangsung, dan PBB tidak mampu menghadirkan solusi atas permasalahan ini. PBB hanyalah organisasi yang mengatasnamakan rasa kemanusiaan, keamanan, dan perdamaian. Karena PBB tidak mampu berbuat apa-apa, maka tidak ada gunanya lagi organisasi itu berdiri di tengah-tengah kita.