Seperti yang kita ketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa
atau United Nations adalah sebuah organisasi internasional terbesar di
dunia. Tercatat sebanyak 193 negara
masuk dalam keanggotaan organisasi ini atau hampir seluruh negara di
dunia. Sebelum PBB dibentuk, kita
mengenal LBB atau Liga Bangsa-Bangsa yang bertugas menghimpun kerja sama
internasional menuju keamanan dan perdamaian dunia. Namun, organisasi yang
berdiri tahun 1919 atas Traktat Versailles ini tak kunjung bertahan lama alias
harus menerima nasib dibubarkan karena tak mampu membendung gejolak perang di
masanya. Meletusnya Perang Dunia 2 menjadi alasan kunci dari pembubaran LBB.
Sabagai gantinya, setelah Perang Dunia ke-2, PBB dibentuk pada 24 Oktober 1945.
Alasan adanya pengganti LBB yang sekaligus melahirkan PBB tidak lain adalah untuk
mencegah konflik antarnegara, juga mencegah perang besar semacam Perang Dunia
ke-2 tidak terjadi lagi.
Gagasan
yang membawa kepada terbentuknya PBB pertama kali hadir pada 1 Januari 1942
yang dibawa oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt. Gagasan itu
ia sumbangkan pada Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dihadiri oleh 26
perwakilan negara di dunia. Perwakilan-perwakilan negara ini berkomitmen melakukan
kerja sama dengan pemerintahnya masing-masing guna melawan Axis Power,
kekuatan besar yang terdiri atas Jerman, Italia, dan Jepang. Selain Deklarasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB juga lahir akibat dari banyaknya pembicaraan
yang dilakukan negara-negara di dunia saat itu. Sebut saja Konferensi Washington,
Konferensi Moscow, Piagam Atlantik, dll. Akhirnya, pada 24 Oktober 1945, PBB
resmi berdiri melalui Konferensi San Fransisco dengan Amerika Serikat, Rusia,
Inggris, Perancis, dan China sebagai negara pelopornya. Konferensi yang
diadakan di Amerika Serikat itu turut dihadiri 50 negara pendukung yang
kemudian dikenal sebagai negara-negara pendiri PBB.
Perserikatan
Bangsa-Bangsa atau akrab dikenal dengan sebutan PBB dibentuk atas asas
perdamaian dunia dan rasa kemanusiaan yang terpatri dalam hati setiap
manusia. Terdapat tujuan dari
pembentukan PBB, seperti menjaga dan memelihara keamanan dan kedamaian dunia,
mengembangkan hubungan persahabatan di antara bangsa dan negara berdasarkan
prinsip penghormatan dan persamaan hak serta penentuan nasib dari rakyatnya
sendiri, dan mempromosikan kebebasan mendasar dan penghormatan Hak Asasi
Manusia.
Perserikatan
Bangsa-Bangsa sudah berdiri sejak 1945. Umurnya sama dengan negara kita, yakni
78 tahun dan masih eksis sampai hari ini. Hari ini, di bagian Timur Tengah
dalam Jazirah Arab, kita sama-sama melihat pembantaian brutal yang dilakukan
oleh kelompok zionis biadab. Tindakan genosida dengan dalih perlindungan diri
dari negara Israel. Semuanya dibombardir, mulai dari pemukiman warga, rumah
sakit, sampai tempat pengungsian sekalipun. Semuanya dimusnahkan, mulai dari
anak-anak, para perempuan, dan kaum lansia. Negara itu seakan tidak ingin ada
yang tersisa, seolah tidak ingin ada yang hidup di tanah yang bukan milik
mereka.
Seluruh
dunia menyaksikan peristiwa pertumpahan darah itu, tidak terkecuali PBB yang
hari ini menutup mata atas perang berkepanjangan di Gaza. Pernahkah kita
bertanya di mana PBB hari ini? Atau sekadar merenungkan tujuan pembentukan
organisasi yang katanya “mengusung perdamaian dunia” pada 78 tahun lalu? Seperti
yang telah dijelaskan di atas, sebelum PBB dibentuk, telah terdapat Deklarasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dihadiri perwakilan 26 negara di dunia guna
melawan Axis Power yang terdiri atas Jerman, Italia, dan Jepang. Saya
memandang Israel sebagai Axis Power yang serupa dengan Jerman, Italia,
atau Jepang di masa lalu. Axis Power yang tumbuh dan mekar di tengah
gegap gempita kenikmatan dunia. Axis Power yang mencuat ke permukaan dan
berdiri kokoh layaknya Burj Khalifa di Dubai. Berbagai tindakan Israel kepada
Palestina semakin meyakinkan saya bahwa mereka sama kejamnya dan sama rendahnya
dengan Jerman, Italia, dan Jepang di masa lampau. Lalu, di mana 26 negara yang
berkomitmen melawan Axis Power 78 tahun yang lalu? Apakah negara itu
sudah tidak ada?
Saya jelas
mempertanyakan legalitas PBB yang dibentuk dari sekian banyak pembicaraan,
seperti Konferensi Washington, Konferensi Moscow, Piagam Atlantik, dll. Dari
sekian banyak konferensi yang dilalui dan piagam yang tercipta, tidak ada
gunanya jika PBB tidak bisa menyelesaikan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.
Berpuluh-puluh tahun yang lalu selepas Perang Dunia ke-2, mereka mati-matian
berjuang mendirikan organisasi yang mampu memberikan rasa aman dan damai bagi
seluruh negara di dunia, namun hari ini pekerjaan mereka hanyalah mengadakan
rapat berjam-jam dan melakukan voting negara mana mendukung negara mana.
Miris.
Saya
mengutuk keras Amerika Serikat sebagai salah satu pendiri dan pelopor
terbentuknya PBB. Seharusnya, Amerika Serikat dengan rekam jejaknya sebagai
salah satu negara yang memperjuangkan keamanan dan kedamaian di dunia, ikut
berkontribusi dalam menyelesaikan masalah Palestina-Israel, dalam hal ini
menghentikan genosida yang sedang berlangsung dan upaya pembebasan Palestina.
Tapi apa yang terjadi dan kita saksikan justru sebaliknya. Di saat
negara-negara Arab menyuarakan lantang genjatan senjata, Amerika Serikat tidak
mau kalah dengan suara adidayanya menolak gencatan senjata. Amerika Serikat
adalah salah satu aktor pendukung di belakang Israel. Hal itu dibuktikan dengan
paket bantuan Militer senilai Rp. 225 Triliun untuk Israel yang telah disetujui
DPR Amerika Serikat baru-baru ini.
LBB dibubarkan karena tidak mampu menahan pecahnya Perang
Dunia ke-2. Selepas Perang Dunia ke-2, PBB dibentuk sebagai ganti daripada LBB.
Tujuannya jelas mencegah konflik antarnegara, juga mencegah perang kembali
terjadi. Namun, melihat situasi yang ada sekarang, PBB tidak mampu menghentikan
konflik antara Palestina dan Israel, PBB tidak mampu mencegah perang yang
merenggut ribuan nyawa dan melanggar Hak Asasi Manusia, PBB tidak mampu
menghentikan genosida yang masih berlangsung, dan PBB tidak mampu menghadirkan
solusi atas permasalahan ini. PBB hanyalah organisasi yang mengatasnamakan rasa
kemanusiaan, keamanan, dan perdamaian. Karena PBB tidak mampu berbuat apa-apa,
maka tidak ada gunanya lagi organisasi itu berdiri di tengah-tengah kita.