Mahasiswa Prodi SPI kembali melanjutkan napak tilas di tanah Bone menyelusuri dan mengenang peristiwa masa lampau. Sebanyak 20 mahasiswa/i dan 4 orang pendamping ikut serta di dalamnya. Bertempat di Kabupaten Bone. 16/12/2023.
Napak tilas pertama dimulai pada salah satu gua yang menyimpan cerita sejarah di dalamnya, yaitu Gua Mampu, gua yang terletak di Desa Cabbeng, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Gua Mampu memiliki jarak 35 KM dari Watampone ibukota Kabupaten Bone. Kawasan ini mudah dijangkau karena melalui jalanan beraspal. Gua Mampu terletak di lereng-lereng gunung yang dipenuhi dengan pohon-pohon besar.
Gua ini ternyata menyimpan sebuah legenda yakni terdapat satu kerajaan yang di dalamnya terdiri dari tujuh kampung yang dikutuk menjadi batu, masyarakat sekitar mengenalnya dengan sebutan "Legenda Kutukan Mampu".
Gua Mampu terbilang unik karena di dalamnya terdapat stalagnit-stalagnit besar menyerupai bentuk manusia. Selain itu, ada juga batu-batu berbentuk menyerupai hewan, seperti kuda, buaya, dan tikus. Ada juga batu berbentuk perahu, tumbuhan dan hamparan sawah.
Kemudian napak tilas kedua yaitu mengunjungi Gua Janji. Gua Janci (Janji) merupakan salah satu situs peninggalan sejarah yang terletak di Teluk Bone tepatnya di Bukit Cempalagi Desa Mallari Kec. Awangpone Kab. Bone berjarak kurang lebih 14 KM sebelah utara Kota Awangpone.
Salah satu keunikan gua ini yakni adanya nilai sejarah yang sangat erat kaitannya dengan Raja Bone ke 15 La Tenri Tatta To Unru To Risumpae Petta Malampe’E Gemme’na Arung Palakka. Ketika memasuki kawasan gua terdapat dua jalan setapak yang akan dijumpai yakni arah ke kanan terdapat tapak kaki Arung Pallaka dan arah ke kiri akan menemukan bibir Gua Assingkerukeng (Simpul).
Gua ini merupakan salah satu singgasana Arung Palakka serta dipercaya sebagai salah satu tempat tinggalnya. Arung Palakka juga menjadikan tempat tersebut sebagai basis pertahanan pada saat berkonflik dengan kerajaan Gowa. Ketika memasuki area gua kita dapat melihat beberapa peninggalan Arung Palakka diantaranya Musholah, gendang (beduk) dan tempat tidur Arung Palakka.
Selain itu menurut infomasi masyarakat setempat beberapa diantaranya terdapat lumbung padi, sawah, kepala kerbau serta ular. Namun yang kita dapat jumpai bukan dalam bentuk asli akan tetapi berupa batu.
Jika ditelusuri lebih lanjut kita mendapat batu yang menjulang tinggi yang diyakini sebagai possi bola (tiang tengah).
Selain itu, terdapat pula jejak Arung Palakka pada saat ia makkarabbe (mencakar) serta mattuddu’ (hentakan kaki) atau dikenal dengan istilah attudukeng’e. pada saat itulah Arung Palakka matanro (bersumpah) untuk tidak memotong rambutnya sebelum membebaskan rakyat Bone dari penjajahan Kerajaan Gowa. Sumpah yang diucapkan Arung Palakka sebelum meninggalkan Bone menuju Kerajaan Buton pada abad 17 Masehi.
Mahasiswa/i terlihat sangat antusias mengunjungi dan menelusuri kedua situs bersejarah ini.