Mahasiswa/i Prodi Sejarah Peradaban Islam dalam rangka melakukan kunjungan ke beberapa tempat yang menyimpan nilai sejarah dan budaya di Kabupaten Bone, tepatnya bertempat di Watampone, 15/12/2023.
Kunjungan kali ini diikuti oleh 20 orang mahasiswa dari semester 5 kelas AK 4. Ini merupakan study tour perdana bagi mereka mengunjungi tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah dan budaya. Terlihat mereka sangat antusias dan bersemangat.
Adapun kunjungan pertama bertempat di pusat kota Kabupaten Bone yaitu di Museum La Pawawoi.
Museum La Pawawoi merupakan bangunan bekas Istana Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim Raja Bone ke XXXII. Museum ini terletak di pusat kota Kab. Bone yang lokasinya tidak jauh dari Masjid Tua Al-Mujahidin. Penamaan dari Museum ini di ambil dari nama salah seorang raja Bone ke-31 yaitu La Pawawoi Karaeng Sigeri Matinroe ri Bandung. Adapun koleksi yang terdapat di dalam museum terdiri dari benda-benda pada masa prasejarah, masa Kerajaan Bone pra Islam, Kerajaan Bone masa Islam, masa Kolonial dan masa pasca Kemerdekaan-sekarang.
Kemudian setelah kunjungan ke museum, malam harinya mengunjungi masjid tertua di Kabupaten Bone yaitu Masjid Tua Al- Mujahidin.
Masjid Tua Al-Mujhidin merupakan masjid tertua di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel). Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Bone ke-13 La Maddaremmeng tahun 1639, sebagai pusat pengembangan dakwah agama Islam. Pada bagian belakang kawasan masjid digunakan sebagai area makam para raja dan kerabatnya, serta para keluarga ulama atau kadi. Kala itu kadi merupakan sebagai pendamping raja dalam mengurus syariat Islam.
Ketua Pengurus Masjid Tua Al-Mujahidin, Mahyuddin Syahid mengatakan masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Fakih Amrullah yaitu cucu dari Raja Tallo I Malingkang Daeng Manyonri. Mahyuddin lebih lanjut menyebutkan bahwasnya terdapat dua benda bersejarah di masjid ini, yaitu terdapat dua buah guci keramik yang berasal dari pemberian Dinasti Ming, China, guci keramik tersebut di pasang di bagian ujung kubah mimbar dan di puncak kubah masjid. Pak Mahyuddin menuturkan masjid ini yang asli tinggal mimbar dengan mihrab sebagai tempat untuk imam. Masjid ini sudah berumur kurang lebih 383 tahun. Terkait renovasi sudah seringkali dilakukan, namun tidak pernah merubah bentuk aslinya.
Terkait arsitektur masjid, masjid ini memiliki luas yang luasnya kurang lebih sama dengan luas baitullah. Memiliki 9 pintu utama bermakna 9 Wali Songo sebagai tokoh penyebar agama Islam yang sangat populer. Memiliki 4 tiang di dalam masjid bermakna sebagai empat 4 Khulafaur Rasyidin.
Setelah pemaparan dari salah seorang pengurus masjid sebelumnya kemudian dilanjutkan dengan diskusi/tanya jawab dari mahasiswa dan pendamping terkait Masjid Tua Al-Mujahidin. Terlihat diskusi berjalan dengan baik.